THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Jumat, 29 April 2011

Kuda Lumping

Kata kuda lumping, selalu dikaitkan dengan suatu keseniang dari tanah Jawa yang berbau mistis. Kuda lumping makan beling. Akhir-akhir ini, kesenian kuda lumping makin mendapat apresiasi dari masyarakat luas di Indonesia. Kesenian ini sudah merambah seluruh penjuru nusantara, bahkan sudah ke seluruh dunia. Sampai-sampai  Malaysia hendak mengklaim bahwa reog berasal dari Malaysia. Kuda lumping ada berbagai macam model. Model lama sudah mulai ditinggalkan dan tampil dengan kreasi baru "Seni kuda lumping campur sari. Dengan kemasan yang memikat penonton, mulai dari tarian yang gemulai yang melambangkan kehalusan sampai tarian yang keras yang melambangkan keperkasaan.
Baik Reog maupun kuda lumping sudah merambah mulai Sumatera, Nusa Tenggara, Kalimantan dan Sulawesi. Khusus di Kaliantan Tengah terutama di Kota Palangka Raya dan sekitarnya telah berdiri belasan seni jaranan/kuda lumping yang sudah dikemas dengan campur sari. Ada Krido Budoyo yang alamat
Sekretariat : Jl. RT. A. Milono Km 6,5 Komplek Perumahan Marina Permai Gang. Marina IX Palangka Raya
RT. 03 RW. XV HP. 085249129979, 085249222215 
Dalam asuhan para Pak Jenggot (Supriadi) dan Mas Hartoyo, Krido Budoyo makin berkembang bahkan sudah mempunyai Grup Seni Campur Sari "Surya Buana". Krido Budoyo dan Surya Buana selalu eksis dalam acara-acara perkawinan, sunatan, ulang tahun dan bahkan sampai ikut memeriahkan pesta demokrasi pemilihan wakil rakyat dan kepala daerah. Yang membanggakan adalah ikut andilnya Paguyupan Krido Budoyo dalam penggalangan dana untuk bencana alam, mulai dari tsunami di sumatra sampai gempa bumi di Wasior Irian Jaya.

Jumat, 04 Februari 2011

tari kuda lumping

Kuda Lumping adalah seni tari yang dimainkan dengan properti berupa kuda tiruan, yang terbuat dari anyaman bambu atau kepang. Tidak satupun catatan sejarah mampu menjelaskan asal mula tarian ini, hanya riwayat verbal yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Konon, tari Kuda Lumping merupakan bentuk apresiasi dan dukungan rakyat jelata terhadap pasukan berkuda Pangeran Diponegoro dalam menghadapi penjajah Belanda. Ada pula versi yang menyebutkan, bahwa tari Kuda Lumping menggambarkan kisah perjuangan Raden Patah, yang dibantu oleh Sunan Kalijaga, melawan penjajah Belanda. Versi lain menyebutkan bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram yang dipimpin Sultan Hamengku Buwono I, Raja Mataram, untuk menghadapi pasukan Belanda.

Terlepas dari asal usul dan nilai historisnya, tari Kuda Lumping merefleksikan semangat heroisme dan aspek kemiliteran sebuah pasukan berkuda atau kavaleri. Hal ini terlihat dari gerakan-gerakan ritmis, dinamis, dan agresif, melalui kibasan anyaman bambu, menirukan gerakan layaknya seekor kuda di tengah peperangan.

Seringkali dalam pertunjukan tari Kuda Lumping, juga menampilkan atraksi yang mempertontonkan kekuatan supranatural berbau magis, seperti atraksi mengunyah kaca, menyayat lengan dengan golok, membakar diri, berjalan di atas pecahan kaca, dan lain-lain. Mungkin, atraksi ini merefleksikan kekuatan supranatural yang pada jaman dahulu berkembang di lingkungan Kerajaan Jawa, dan merupakan aspek non militer yang dipergunakan untuk melawan pasukan Belanda.

Di Jawa Timur, seni ini akrab dengan masyarakat di beberapa daerah, seperti Malang, Nganjuk, Tulungagung, dan daerah-daerah lainnya. Tari ini biasanya ditampilkan pada event-event tertentu, seperti menyambut tamu kehormatan, dan sebagai ucapan syukur, atas hajat yang dikabulkan oleh Yang Maha Kuasa.

Dalam pementasanya, tidak diperlukan suatu koreografi khusus, serta perlengkapan peralatan gamelan seperti halnya Karawitan. Gamelan untuk mengiringi tari Kuda Lumping cukup sederhana, hanya terdiri dari Kendang, Kenong, Gong, dan Slompret, yaitu seruling dengan bunyi melengking. Sajak-sajak yang dibawakan dalam mengiringi tarian, biasanya berisikan himbauan agar manusia senantiasa melakukan perbuatan baik dan selalu ingat pada Sang Pencipta.

Selain mengandung unsur hiburan dan religi, kesenian tradisional Kuda Lumping ini seringkali juga mengandung unsur ritual. Karena sebelum pagelaran dimulai, biasanya seorang pawang hujan akan melakukan ritual, untuk mempertahankan cuaca agar tetap cerah mengingat pertunjukan biasanya dilakukan di lapangan terbuka.

Dalam setiap pagelarannya, tari Kuda Lumping ini menghadirkan 4 fragmen tarian yaitu 2 kali tari Buto Lawas, tari Senterewe, dan tari Begon Putri.

Pada fragmen Buto Lawas, biasanya ditarikan oleh para pria saja dan terdiri dari 4 sampai 6 orang penari. Beberapa penari muda menunggangi kuda anyaman bambu dan menari mengikuti alunan musik. Pada bagian inilah, para penari Buto Lawas dapat mengalami kesurupan atau kerasukan roh halus. Para penonton pun tidak luput dari fenomena kerasukan ini. Banyak warga sekitar yang menyaksikan pagelaran menjadi kesurupan dan ikut menari bersama para penari. Dalam keadaan tidak sadar, mereka terus menari dengan gerakan enerjik dan terlihat kompak dengan para penari lainnya.

Untuk memulihkan kesadaran para penari dan penonton yang kerasukan, dalam setiap pagelaran selalu hadir para datuk, yaitu orang yang memiliki kemampuan supranatural yang kehadirannya dapat dikenali melalui baju serba hitam yang dikenakannya. Para datuk ini akan memberikan penawar hingga kesadaran para penari maupun penonton kembali pulih.

Pada fragmen selanjutnya, penari pria dan wanita bergabung membawakan tari senterewe.

Pada fragmen terakhir, dengan gerakan-gerakan yang lebih santai, enam orang wanita membawakan tari Begon Putri, yang merupakan tarian penutup dari seluruh rangkaian atraksi tari Kuda Lumping.

Jumat, 28 Januari 2011

salah satu budaya kesenian Kuda Lumping

reog ponorogo merupakan salah satu budaya di Indonesia. meski pun mengerikan tetapi menarik. tetapi yang ada di Kalimantan ini hanyalah kuda lumping saja. salah satunya adalah paguyuban kuda lumping Krido Budoyo.